Golongan Putih adalah gerakan protes dari para mahasiswa dan pemuda untuk memprotes pelaksanaan Pemilu 1971 yang merupakan Pemilu pertama di era Orde Baru. Arief Budiman dan Iman Waluyo adalah dua tokoh dari gerakan tersebut. Fokus utamanya adalah protes terhadap pemaksaan pemilihan terhadap Golkar, intimidasi atas simpatisan non-Golkar, dan kecurangan institusional. Pada hari ini, Golput tidak merujuk pada gerakan protes semata, melainkan juga bentuk apati terhadap warga sipil yang mulai jengah terhadap politik kenegaraan (statecraft), atau sebutan bagi mereka yang tidak menggunakan hak pilihnya karena alasan lain, termasuk kelalaian administrasi.
Biasanya, Golput, hanya akan mengarah pada dua kemungkinan: berkompromi dengan kandidat yang walau dianggap tidak punya kompetensi, dianggap lebih baik ketimbang kandidat yang lain dan karena merasa akhirnya aspirasi politiknya tersampaikan oleh kandidat baru, atau teradikalisasi dengan sikap semakin pesimis atas pemilihan dan demokrasi negara.
Golongan Hitam adalah pilihan kedua. Kami tidak percaya terhadap elektoralisme dalam struktur negara. Menolak mengikuti pemilihan adalah ekspresi pembangan sipil yang jelas untuk menolak legitimasi penguasa, dan mempertegas otonomi diri. Kami akan terus mengkampanyekan gagasan-gagasan anarkisme dan anti-elektoralisme negara, anti-parlementerisme dan anti-negara.